Mimbar Dakwah Sesi 123 : "Perjalanan Hidup Manusia"

Oleh :
Yudi Yansyah S.Pd.i
Penyuluh Agama
Islam Kecamatan Bojong Genteng
Kementerian Agama
Kabupaten Sukabumi
Assalamu'alaikum Wr.Wb
اِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
يَهْدِىاللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَلَهُ، أَشْهَدُ اَنْ
لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِىَّ بَعْدَهُ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَهُ.
أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى
اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّاقَدَّ
مَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوْا اللهَ اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ (الحسر:
18)
Hadirin rohimakumulloh
Puji syukur kita sampaikan
kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kita dapat hadir dalam keadaan sehat wal’afiat. Sholawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah
menuju zaman yang Islamiyyah.
Hadirin rohimakumulloh
Di tengah kehidupan yang
senantiasa bergulir, khutbah ini kita perdengarkan dan menyirami sejenak hati
yang penuh ketundukan dan mengharapkan keridhoan Allah. Kesadaran kemudian
muncul dengan tekad untuk menjadi hamba
Allah yang taat. Namun kadangkala dengan rutinitas yang kembali mengisi
hari-hari kita kesadaran itu kembali tumpul bahkan luntur. Oleh sebab itulah
melalui mimbar ini, khotib kembali mengajak marilah kita berupaya secara
sungguh-sungguh memperbaharui keimanan, ketaqwaan dan komitmen kita kepada
Allah, yang sering kita ulang-ulang namun jarang diresapi, sebuah komitmen yang
mestinya menyertai setiap langkah kita:
إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأنا من الْمُسْلِمِينَ
Sesungguhnya sholatku, ibadatku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu
bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah
termasuk orang orang yang menyerahkan diri.
Hadirin rohimakumulloh
Imam Ibnu Katsir menyebutkan
dalam Tafsirnya bahwa: Suatu ketika Umar bin Khathab ra bertanya kepada seorang
sahabat bernama Ubay Ibnu Ka’ab ra tentang taqwa walau hal itu merupakan suatu
hal yang sangat mereka ketahui, namun bertanya satu sama lainnya di antara
mereka dalam rangka mendalaminya adalah hal yang sangat mereka sukai. Kemudian
Ubay balik bertanya: “Wahai Umar, pernahkah engkau melalui jalan yang di penuhi
duri?” Umar menjawab, "ya, saya pernah melaluinya. Kemudian Ubay bertanya
lagi: “Apa yang akan engkau lakukan saat itu?”. Umar menjawab: “Saya akan
berjalan dengan sangat berhati-hati, agar tak terkena duri itu”. Lalu Ubay
berkata: “Itulah takwa”.
Dari riwayat ini kita dapat
mengambil pelajaran penting, bahwa takwa adalah kewaspadaan, rasa takut kepada
Allah, kesiapan diri, kehati-hatian agar tidak terkena duri syahwat dan duri
syubhat di tengah perjalanan menuju Allah, menghindari perbuatan syirik,
meninggalkan perbuatan maksiat dan dosa, yang kecil maupun yang besar. Serta
berusaha sekuat tenaga mentaati dan melaksanakan perintah Allah dengan hati
yang tunduk dan ikhlas.
Hadirin rohimakumulloh
Setiap orang beriman pasti akan
menyadari bahwa ketika ia hidup di dunia ini, ia akan hidup dalam batas waktu
tertentu yang telah ditetapkan oleh penciptanya, Allah Swt. Usia manusia
berbeda satu sama lainnya, begitu juga amal dan bekalnya. Setiap orang yang
berimanpun amat menyadari bahwa mereka tidak mungkin selamanya tinggal di dunia
ini. Mereka memahami bahwa mereka sedang melalui perjalanan menuju kepada
kehidupan yang kekal abadi. Sungguh sangat berbeda dan berlawanan sekali dengan
kehidupan orang-orang yang tidak beriman. Allah berfirman:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
"Tetapi kamu (orang-orang
kafir) lebih memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih
baik dan lebih kekal. (QS. Al-A’la: 16-17)
Sayangnya, kesadaran ini
seringkali terlupakan oleh diri kita sendiri. Padahal, bukan tidak mungkin,
hari ini, esok, atau lusa, perjalanan itu harus kita lalui, bahkan dengan
sangat tiba-tiba. Jiwa manusia yang selalu digoda oleh setan, diuji dengan hawa
nafsu, kemalasan bahkan lupa, kemudian menjadi lemah semangat dalam
mengumpulkan bekal dan beribadah, membuat kita menyadari sepenuhnya bahwa kita
adalah manusia yang selalu membutuhkan siraman suci berupa Al-Quran, mutiara
sabda Rosulullah, ucapan hikmah para ulama, bahkan saling menasehati dengan
penuh keikhlasan sesama saudara seiman. Sehingga kita tetap berada pada jalan
yang benar, istiqomah melalui sebuah proses perjalanan menuju Allah Swt.
Hadirin rohimakumulloh
Jika kita membuka kembali
lembaran kisah salafus shalih, kita akan menemukan karakteristik amal yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Ada diantara mereka yang konsent pada bidang
tafsir, hadits, fiqih, pembersihan jiwa dan akhlak, atau berbagai macam ilmu
pengetahuan lainnya. Namun, satu persamaan yang didapat dari para ulama
tersebut, yaitu kesungguhan mereka beramal demi memberikan kontribusi terbaik
bagi sesama. Sebuah karya yang tidak hanya bersifat pengabdian diri seorang
hamba kepada penciptanya saja, namun juga mempunyai nilai manfaat luar biasa
bagi generasi berikutnya.
Marilah kita renungi firman Allah
berikut:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ
مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ
فِي
الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari (kebahagiaan)
negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi,
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al Qashash: 77).
Hadirin rohimakumulloh
Dari ayat ini kita dapat
mengambil pelajaran penting, tentang beberapa prinsip yang perlu kita sadari bersama
akan keberadaan kita di dunia ini.
Pertama, prinsip mengutamakan
kebahagiaan kehidupan akherat. Prinsip ini menghendaki agar dalam melaksanakan
kehidupan di dunia, kita senantiasa mengutamakan pertimbangan nilai akherat.
Namun perlu dipahami, mengutamakan kebahagiaan akherat bukan berarti dalam
mewujudkan kebahagiaan duniawi diabaikan begitu saja, sebab amal akherat tidak
berdiri sendiri dan terlepas dari amal duniawi. Sungguh amat banyak amalan
akherat yang berhubungan erat dalam mewujudkan kebahagian duniawi.
Umpamanya sholat, seorang yang
melaksanakan shalat dengan tekun dan disiplin bukanlah semata-mata sebagai amal
akherat yang tidak berdampak duniawi, sebab bila shalat itu dilaksanakan
menurut tuntutan Allah dan rasulNya, yang secara berjamaah, niscaya ia akan
banyak memberikan hikmah dalam kehidupan dunia. Dengan shalat yang benar akan
dapat mencegah seseorang dari berbuat keji dan munkar. Dengan demikian manusia
akan terhindarnya dari perbuatan yang dapat merugikan orang lain, sehingga
terciptalah ketenteraman hidup bersama di dunia ini.
Begitu juga dengan infak dan
shodaqoh, seorang yang beramal dengan niatan mulia untuk mendapatkan ganjaran
berupa pahala dari Allah di akherat, maka dengan hartanya tersebut dapat
memberikan manfaat bagi kehidupan orang lain yang membutuhkan.
Kedua prinsip ‘ahsin’ yaitu
senantiasa menghendaki kebaikan. Bila seseorang menanamkan prinsip ini dalam
dirinya, niscaya ia akan menunjukkan diri sebagai orang yang pada dasarnya
selalu menghendaki kebaikan. Ia akan senantiasa berprasangka baik kepada orang
lain, selalu berusaha berbuat baik dan berkata baik dalam pergaulan di
kehidupan sehari-hari.
Maka akan selalu tampilah
kebaikan demi kebaikan, mempersembahkan sebuah karya terbaiknya untuk
kemanfaatan masyarakat disekitarnya, peduli akan kemaslahatan umum, dan
meninggalkan sebuah kebaikan yang akan selalu dapat dikenang oleh orang banyak
walaupun ia sudah pergi terlebih dahulu menuju kehidupan yang abadi.
Ketiga adalah prinsip walaa
tabghil fasada fil ardh’ yaitu prinsip untuk tidak berbuat kerusakan. Bila
prinsip ini dipegang teguh, seseorang akan lebih melengkapi prinsip yang kedua,
yakni melengkapi upayanya berbuat baik dengan upaya menghindari perbuatan yang
merusak. Terjadinya kerusakan alam, moral, kerusakan dalam tatanan kehidupan
masyarakat sering kali terjadi karena sudah hilangnya kesadaran akan tujuan
hidup yang sesungguhnya, sehingga seorang lupa bahwa sesungguhnya ia tidak
dibiarkan begitu saja, bahwa ia akan mempertanggung jawabkan segala
perbuatannya ketika ia menghadap Allah di akherat kelak.
Hadirin rohimakumulloh
Allah Swt mengingatkan kita
dengan firmannya:
وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي
الأَلْبَابِ
“Berbekallah,
dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqoroh: 197)
Walaupun ayat di atas menjelaskan
tentang bekal penting dalam perjalanan ibadah haji, namun sesungguhnya ia
merupakan gambaran ketika manusia akan menghadap Allah di padang mahsyar kelak,
ibadah haji merupakan miniatur gambaran manusia yang akan dikumpulkan di padang
mahsyar nanti sebagaimana halnya mereka berkumpul di padang arafah. Maka
bekalan utama yang dapat menyelamatkan itu adalah taqwa.
Firman Allah Swt di atas juga
memiliki makna tersirat bahwa manusia memiliki dua bentuk perjalanan, yakni
perjalanan di dunia dan perjalanan dari dunia. Perjalanan di dunia memerlukan
bekal, baik berbentuk makanan, minuman, harta, kendaraaan dan sebagainya.
Sementara perjalanan dari dunia juga memerlukan bekal.
Namun perbekalan yang kedua yaitu
perbekalan perjalanan dari dunia menuju akhirat, lebih penting dari perbekalan
dalam perjalanan pertama yakni perjalanan di dunia. Imam Fachrurrozi dalam
tafsirnya menyebutkan ada lima perbandingan antara keduanya:
Pertama, perbekalan dalam
perjalanan di dunia, akan menyelamatkan kita dari penderitaan yang belum tentu
terjadi. Tapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan kita
dari penderitaan yang pasti terjadi.
Kedua, perbekalan dalam
perjalanan di dunia, setidaknya akan menyelamatkan kita dari kesulitan
sementara, tetapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan
kita dari kesulitan yang tiada tara dan tiada habis-habisnya.
Ketiga, perbekalan dalam
perjalanan di dunia akan menghantarkan kita pada kenikmatan dan pada saat yang
sama mungkin saja kita juga mengalami rasa sakit, keletihan dan kepayahan.
Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia menuju akhirat, akan membuat
kita terlepas dari marabahaya apapun dan terlindung dari kebinasaan yang
sia-sia.
Keempat, perbekalan dalam
perjalanan di dunia memiliki karakter bahwa kita akan melepaskan dan
meninggalkan sesuatu dalam perjalanan. Sementara perbekalan untuk perjalanan
dari dunia, memiliki karakter, kita akan lebih banyak menerima dan semakin
lebih dekat dengan tujuan.
Kelima, perbekalan dalam
perjalanan di dunia akan mengantarkan kita pada kepuasan syahwat dan hawa
nafsu. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia akan semakin membawa kita
pada kesucian dan kemuliaan karena itulah sebaik-baik bekal. (Tafsir Ar-Raazi
5/168)
Sesungguhnya perjalanan itu
berat, dan masih banyak bekal yang perlu disiapkan. Semua kita pasti tahu
bekalan yang sudah kita siapkan masing-masing. Jika kita anggap bekalan itu
masih kurang, tentu kita tidak akan rela seandainya tidak lama lagi ternyata
kita harus segera menempuh perjalanan menuju akhirat itu.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ
مِنِّيْ وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ
هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Dibaca: 11 Kali

Maslahah Mursalah Dalam Kedudukannya Sebagai Sumber Hukum Islam
Rabu, 29 April 2020
Sejarah
Kamis, 19 Desember 2019
Saksi Nikah : Pengesah Akad Nikah?
Kamis, 01 Agustus 2019
Pejabat
Kamis, 19 Desember 2019
Struktur Organisasi
Kamis, 19 Desember 2019
Akhir Februari, Pelaksanaan Tes SKD CPNS Kemenag Jabar
Selasa, 28 Januari 2020
Satuan Kerja
Kamis, 19 Desember 2019
Unit Kerja
Kamis, 19 Desember 2019